Kemampuan otak untuk mengingat dan melupakan adalah salah satu aspek paling menakjubkan dari fungsi kognitif manusia. Setiap pengalaman, informasi, dan emosi yang kita alami sehari-hari tidak semuanya disimpan selamanya dalam ingatan. Ada yang menetap dalam memori jangka panjang, tetapi ada pula yang memudar atau bahkan sengaja dilupakan oleh otak. Proses ini bukanlah kelemahan, melainkan bagian penting dari cara otak menjaga keseimbangan mental dan efisiensi kognitif.
Ingatan manusia terbagi menjadi beberapa sistem utama, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek short-term memory, dan memori jangka panjang long-term memory. Memori sensorik menyimpan informasi hanya dalam hitungan detik, sedangkan memori jangka pendek mampu menahan informasi sekitar 20–30 detik sebelum hilang kecuali diulang kembali. Informasi yang dianggap penting kemudian dipindahkan ke memori jangka panjang untuk disimpan lebih lama Baddeley, 2000. Proses ini menunjukkan bahwa mengingat bukanlah sesuatu yang instan, melainkan hasil dari seleksi dan pengolahan yang kompleks.
Namun, otak tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengingat, tetapi juga untuk melupakan. Menurut Anderson dan Green 2001, melupakan bisa menjadi strategi adaptif yang membantu seseorang mengendalikan pikiran yang tidak diinginkan. Misalnya, seseorang yang mengalami pengalaman traumatis dapat berusaha menekan ingatan tertentu untuk menjaga kesejahteraan emosionalnya. Dalam konteks lain, melupakan informasi yang tidak relevan membantu otak menghemat energi kognitif, sehingga lebih fokus pada hal-hal yang penting.
Faktor emosional juga sangat memengaruhi proses mengingat dan melupakan. Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa yang sarat emosi, baik positif maupun negatif, cenderung lebih mudah diingat karena adanya keterlibatan amigdala dalam memperkuat memori McGaugh, 2004. Sebaliknya, informasi yang netral atau kurang emosional lebih cepat hilang dari ingatan. Inilah sebabnya seseorang bisa mengingat dengan jelas momen bahagia atau pengalaman menegangkan bertahun-tahun kemudian, sementara detail sehari-hari sering kali cepat terlupakan.
Selain itu, kualitas tidur berperan penting dalam proses penyimpanan dan konsolidasi memori. Saat tidur, khususnya pada fase rapid eye movement (REM), otak bekerja menguatkan koneksi sinapsis yang terkait dengan pengalaman sebelumnya. Kurang tidur dapat mengganggu proses ini, sehingga memperburuk kemampuan mengingat Walker & Stickgold, 2006. Hal ini menjelaskan mengapa istirahat cukup sangat dianjurkan bagi pelajar atau pekerja yang membutuhkan daya ingat optimal.
Di era modern, salah satu tantangan terbesar dalam mengingat adalah information overload. Terlalu banyaknya informasi dari media sosial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari membuat otak kesulitan memilah mana yang relevan. Akibatnya, memori mudah kewalahan dan melupakan menjadi mekanisme alami untuk mengurangi beban. Untuk mengatasinya, teknik seperti chunking (mengelompokkan informasi), latihan fokus, dan penggunaan alat bantu seperti catatan dapat membantu meningkatkan retensi memori Miller, 1956.
Secara keseluruhan, mengingat dan melupakan bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan proses saling melengkapi yang menjaga keseimbangan otak. Ingatan membantu kita belajar, mengenali pola, dan mengambil keputusan, sementara melupakan melindungi kita dari kejenuhan informasi serta menjaga kesehatan mental. Assessment Indonesia adalah biro psikologi resmi yang menjadi pusat asesmen psikologi terpercaya, serta vendor psikotes terbaik di Indonesia.
Referensi:
Anderson, M. C., & Green, C. (2001). Suppressing unwanted memories by executive control. Nature, 410(6826), 366–369.
Baddeley, A. (2000). The episodic buffer: A new component of working memory? Trends in Cognitive Sciences, 4(11), 417–423.
McGaugh, J. L. (2004). The amygdala modulates the consolidation of memories of emotionally arousing experiences. Annual Review of Neuroscience, 27, 1–28.
Miller, G. A. (1956). The magical number seven, plus or minus two: Some limits on our capacity for processing information. Psychological Review, 63(2), 81–97.
Walker, M. P., & Stickgold, R. (2006). Sleep, memory, and plasticity. Annual Review of Psychology, 57, 139–166.