Prokrastinasi akademik adalah salah satu fenomena yang sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa. Banyak mahasiswa mengetahui bahwa tugas kuliah harus segera diselesaikan, tetapi justru menunda-nundanya hingga mendekati tenggat waktu. Perilaku ini dapat didefinisikan sebagai kecenderungan menunda pekerjaan akademik secara sengaja, meskipun sadar akan konsekuensi negatif yang akan muncul (Ferrari et al., 1995). Menurut Steel dalam penelitian yang dikutip oleh Akinsola, Tella, & Tella (2007), prokrastinasi bukanlah sekadar kelalaian, melainkan perilaku yang disengaja untuk menunda aktivitas, padahal individu tersebut mengetahui bahwa penundaan hanya akan menambah beban. Dalam konteks akademik, penundaan ini bisa terjadi pada berbagai jenis tugas, seperti menulis makalah, membaca bahan kuliah, belajar menghadapi ujian, mengerjakan tugas administratif, atau bahkan menghadiri perkuliahan.
Fenomena prokrastinasi akademik memiliki berbagai penyebab yang saling terkait. Salah satunya adalah perfeksionisme, di mana mahasiswa merasa bahwa hasil pekerjaan harus sempurna sehingga mereka menunda memulai karena takut hasilnya tidak sesuai harapan. Selain itu, regulasi diri yang rendah juga berperan besar. Individu sering kali lebih memilih kesenangan jangka pendek, seperti bermain media sosial atau menonton film, dibandingkan dengan menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Faktor lain adalah mood repair, yaitu kecenderungan untuk menunda tugas demi menghindari perasaan cemas, bosan, atau frustrasi. Kurangnya keterampilan manajemen waktu juga turut berkontribusi tanpa perencanaan yang baik, tugas-tugas menjadi terasa berat dan akhirnya terus ditunda.
Dampak dari prokrastinasi akademik cukup serius. Dalam jangka pendek, mahasiswa mungkin merasa lega karena berhasil menghindari tugas sementara waktu. Namun, ketika tenggat semakin dekat, tingkat stres meningkat tajam, diiringi rasa bersalah dan tekanan mental. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, prestasi akademik akan menurun dan rasa percaya diri ikut terganggu. Solomon dan Rothblum 1984 menemukan bahwa tugas menulis merupakan aktivitas yang paling sering ditunda oleh mahasiswa, dengan persentase 46%. Selain itu, prokrastinasi juga terjadi pada membaca (30,1%), belajar untuk ujian (27,6%), menghadiri kuliah (23%), tugas administratif (10,6%), dan memengaruhi kinerja akademik secara keseluruhan (10,2%). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa perilaku menunda tidak hanya berdampak pada satu aspek, tetapi mencakup hampir seluruh kegiatan akademik.
Meskipun demikian, prokrastinasi bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Terdapat berbagai strategi praktis yang dapat membantu mahasiswa mengurangi kebiasaan ini. Salah satunya adalah penggunaan teknik Pomodoro, yaitu bekerja selama 25 menit kemudian beristirahat 5 menit. Teknik ini membantu menjaga fokus sekaligus mencegah kelelahan mental. Strategi lain adalah memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikerjakan, sehingga tidak menimbulkan rasa kewalahan. Memberikan reward sederhana setelah menyelesaikan tugas juga dapat meningkatkan motivasi, misalnya menonton film favorit setelah menyelesaikan satu bab makalah.
Selain strategi individu, lingkungan belajar juga sangat memengaruhi. Mengurangi distraksi dengan menaruh ponsel jauh dari jangkauan atau menggunakan aplikasi pemblokir media sosial terbukti efektif. Latihan self-compassion juga penting, karena banyak mahasiswa yang terjebak dalam siklus menyalahkan diri sendiri setiap kali menunda. Dengan bersikap lebih ramah terhadap diri sendiri, mahasiswa dapat keluar dari rasa bersalah dan lebih fokus memperbaiki langkah berikutnya.
Namun, dalam beberapa kasus, prokrastinasi akademik berkaitan dengan masalah psikologis yang lebih dalam, seperti kecemasan tinggi, perfeksionisme maladaptif, atau regulasi diri yang sangat rendah. Pada titik ini, dukungan dari profesional menjadi sangat penting. Melalui asesmen psikologis, mahasiswa dapat memahami pola pikir, potensi, serta hambatan psikologis yang menyebabkan mereka menunda. Dengan pemahaman ini, intervensi yang diberikan bisa lebih personal dan efektif, baik melalui konseling, pelatihan regulasi diri, maupun program peningkatan motivasi akademik.
Secara keseluruhan, prokrastinasi akademik adalah tantangan yang umum dihadapi mahasiswa, namun bukan tanpa solusi. Dengan memahami faktor penyebab, menerapkan strategi pengelolaan waktu, melatih regulasi diri, dan bila perlu mendapatkan dukungan dari profesional, mahasiswa dapat mengurangi kebiasaan menunda dan meningkatkan kualitas belajar. Pada akhirnya, keberhasilan dalam mengatasi prokrastinasi bukan hanya berdampak pada prestasi akademik, tetapi juga pada kesejahteraan psikologis dan kesiapan menghadapi dunia kerja di masa depan. Di biro psikologi smile consulting Indonesia dikenal sebagai pusat asesmen Indonesia yang memberikan berbagai layanan, termasuk jasa psikotes dan asesmen individu dengan proses efisien serta hasil yang mendalam.
Referensi:
Akinsola, M. K., Tella, A., & Tella, A. (2007). Correlates of academic procrastination and mathematics achievement of university undergraduate students. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3(4), 363–370.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and task avoidance: Theory, research, and treatment. Springer.
Solomon, L. J., & Rothblum, E. D. (1984). Academic procrastination: Frequency and cognitive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, 31(4), 503–509.
Steel, P. (2007). The nature of procrastination: A meta-analytic and theoretical review of quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin, 133(1), 65–94.