Ketika seseorang mengalami luka fisik, entah itu jatuh dari sepeda atau tersayat pisau di dapur, kita tahu bahwa yang harus dilakukan adalah memberikan pertolongan pertama: membersihkan luka, menutup dengan perban, atau membawa ke rumah sakit jika parah. Ini adalah bentuk pertolongan pertama fisik yang sudah menjadi pengetahuan umum. Tapi bagaimana jika seseorang di sekitar kita mengalami serangan panik, tiba-tiba menangis tanpa sebab, atau menunjukkan gejala depresi berat? Di sinilah Mental Health First Aid (MHFA) atau Pertolongan Pertama Kesehatan Mental memiliki peran penting.
MHFA adalah upaya awal yang diberikan kepada seseorang yang sedang mengalami masalah kesehatan mental atau krisis psikologis, sebelum ia mendapatkan bantuan profesional. Sama seperti pertolongan pertama fisik, MHFA tidak bertujuan untuk menyembuhkan, tetapi untuk menstabilkan kondisi dan mencegah kondisi memburuk. Bentuknya bisa berupa memberikan dukungan emosional, mendengarkan secara aktif tanpa menghakimi, membantu orang yang bersangkutan mencari bantuan profesional, atau mendampingi mereka dalam proses awal pemulihan.
Konsep ini muncul dari kebutuhan yang semakin mendesak: kesehatan mental kini menjadi isu global, tetapi masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana harus merespons ketika ada orang di sekitarnya mengalami gangguan mental. Padahal, respons pertama bisa sangat menentukan arah pemulihan seseorang. MHFA menekankan bahwa siapa pun dapat belajar dan memiliki keterampilan dasar untuk mengenali tanda-tanda gangguan mental serta memberikan bantuan awal dengan empati dan kesadaran.
Bila dibandingkan dengan pertolongan pertama fisik, MHFA memiliki banyak kesamaan mendasar dalam hal urgensi, pendekatan awal, dan tujuan mencegah kondisi memburuk. Namun, ada beberapa perbedaan esensial. Dalam pertolongan fisik, luka sering kali tampak secara kasat mata dan prosedur penanganannya cenderung teknis dan objektif: membersihkan luka, mengompres, memasang bidai. Sedangkan dalam MHFA, “luka” mental tidak selalu terlihat secara jelas. Gejalanya bisa samar, datang dalam bentuk perubahan perilaku, ekspresi wajah, atau bahkan diam yang terlalu lama. Penanganannya pun tidak bisa diseragamkan, dibutuhkan empati, pendengaran aktif, dan kepekaan terhadap konteks psikologis seseorang.
Pertolongan pertama fisik biasanya bersifat lebih cepat dan langsung, sedangkan MHFA bisa memerlukan waktu lebih panjang, karena menyangkut kondisi emosional yang kompleks. Selain itu, MHFA juga mengharuskan penolong untuk menjaga batas antara membantu dan mengambil alih. Dalam banyak kasus, memberikan ruang dan rasa aman untuk orang yang sedang mengalami krisis sudah menjadi langkah awal yang sangat berarti.
Dengan demikian, meskipun MHFA dan pertolongan pertama fisik memiliki prinsip yang serupa yaitu memberikan bantuan awal dan mencegah kondisi menjadi lebih buruk berupa pendekatan, alat bantu, dan bentuk intervensinya sangat berbeda. MHFA membutuhkan kombinasi keterampilan komunikasi, empati, dan pemahaman terhadap gangguan mental, sementara pertolongan pertama fisik lebih mengandalkan keterampilan teknis yang berkaitan dengan anatomi dan respon tubuh.
Mempelajari MHFA bukan hanya penting bagi mereka yang bekerja di bidang kesehatan jiwa. Justru, masyarakat umum seperti guru, orang tua, rekan kerja, dan teman sebaya adalah kelompok yang paling perlu memahami prinsip-prinsip MHFA. Karena merekalah yang pertama kali berada di sekitar seseorang saat krisis terjadi. Semakin banyak orang yang teredukasi mengenai MHFA, semakin besar pula kemungkinan seseorang mendapatkan bantuan yang tepat sebelum semuanya terlambat.
Di dunia yang semakin cepat dan menuntut, kita tidak bisa hanya bergantung pada profesional kesehatan mental untuk menyelesaikan semua persoalan psikologis. Kita semua bisa menjadi bagian dari ekosistem yang saling menjaga. Seperti kita belajar memberi perban pada luka berdarah, kita pun bisa belajar bagaimana mengulurkan empati pada luka yang tak kasat mata. Assessment Indonesia sebagai vendor psikotes profesional menyediakan layanan asesmen psikologi terbaik untuk perusahaan dan individu.
Referensi:
Kitchener, B. A., & Jorm, A. F. (2002). Mental health first aid training for the public: evaluation of effects on knowledge, attitudes and helping behavior. BMC Psychiatry, 2(1).
Mental Health First Aid USA. (n.d.). What You Learn. https://www.mentalhealthfirstaid.org/
World Health Organization (2022). Mental Health and COVID-19: Early evidence of the pandemic’s impact. https://www.who.int/
Australian Government – Department of Health. (2021). Mental health first aid. https://www.health.gov.au/