Memuat...
02 December 2025 18:10

Apa Bedanya Stres Positif (Eustress) dan Negatif (Distress)

Bagikan artikel

Stres sering kali dipandang sebagai sesuatu yang buruk, melelahkan, dan merusak kesehatan. Namun, dalam ilmu psikologi, stres tidak selalu identik dengan hal negatif. Terdapat dua bentuk stres yang berbeda, yaitu eustress (stres positif) dan distress (stres negatif). Keduanya sama-sama merupakan respons tubuh dan pikiran terhadap tuntutan atau tekanan, tetapi menghasilkan dampak yang berbeda terhadap kinerja, motivasi, dan kesejahteraan individu. Memahami perbedaan keduanya penting agar kita dapat mengelola stres dengan lebih bijak.

Eustress adalah bentuk stres yang bersifat memotivasi dan bermanfaat. Stres ini muncul ketika seseorang menghadapi tantangan yang realistis dan masih dalam batas kemampuan untuk dikelola. Misalnya, mahasiswa yang merasa sedikit tertekan menjelang ujian dapat terdorong untuk belajar lebih giat. Begitu pula seorang karyawan yang diberi target baru bisa merasa termotivasi untuk bekerja lebih produktif. Penelitian menunjukkan bahwa eustress berhubungan dengan peningkatan energi, fokus, serta munculnya perasaan optimis dalam menghadapi tantangan Nelson & Simmons, 2003. Dengan kata lain, eustress adalah stres yang justru membantu kita tumbuh dan berkembang.

Sebaliknya, distress adalah bentuk stres yang berlebihan dan melemahkan. Stres ini muncul ketika tuntutan dianggap terlalu berat, berada di luar kendali, atau berlangsung terus-menerus tanpa ada jeda untuk pemulihan. Distress dapat menimbulkan dampak negatif, baik secara fisik maupun psikologis, seperti kelelahan kronis, kecemasan, depresi, hingga penurunan kinerja Lazarus & Folkman, 1984. Misalnya, seseorang yang bekerja di bawah tekanan ekstrem tanpa dukungan memadai dapat mengalami burnout. Dalam jangka panjang, distress juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan imun Schneiderman et al., 2005.

Perbedaan utama antara eustress dan distress terletak pada persepsi dan cara individu menafsirkan tuntutan yang dihadapi. Jika suatu tantangan dipandang sebagai peluang untuk berkembang, maka stres tersebut cenderung menjadi eustress. Namun, jika dipersepsikan sebagai ancaman yang tidak dapat dikendalikan, stres berubah menjadi distress. Faktor seperti kepribadian, dukungan sosial, dan keterampilan regulasi emosi sangat berpengaruh dalam menentukan bagaimana seseorang merespons tekanan Folkman & Moskowitz, 2000.

Untuk mengelola stres dengan baik, penting bagi individu untuk membangun keterampilan regulasi diri, seperti melatih mindfulness, manajemen waktu, serta menjaga pola hidup sehat. Dukungan sosial dari keluarga, teman, maupun lingkungan kerja juga membantu mencegah perubahan stres menjadi distress. Selain itu, mengenali tanda-tanda awal stres berlebihan memungkinkan seseorang untuk mencari bantuan lebih cepat, baik melalui konseling maupun intervensi profesional.

Secara keseluruhan, stres bukanlah sesuatu yang harus dihindari sepenuhnya, tetapi harus dipahami dan dikelola dengan bijak. Eustress dapat menjadi energi positif yang memacu kita berkembang, sementara distress perlu diantisipasi agar tidak merusak kesehatan dan kualitas hidup. Biro psikologi Smile Consulting Indonesia menyediakan jasa psikotes untuk berbagai kebutuhan asesmen psikologi, baik untuk individu maupun perusahaan. Layanan kami dirancang untuk memberikan hasil yang akurat dan terpercaya.

 

Referensi:

Folkman, S., & Moskowitz, J. T. (2000). Positive affect and the other side of coping. American Psychologist, 55(6), 647–654.

Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. Springer.

Nelson, D. L., & Simmons, B. L. (2003). Eustress: An elusive construct, an engaging pursuit. In P. L. Perrewé & D. C. Ganster (Eds.), Research in occupational stress and well-being (pp. 265–322). Emerald Group.

Schneiderman, N., Ironson, G., & Siegel, S. D. (2005). Stress and health: Psychological, behavioral, and biological determinants. Annual Review of Clinical Psychology, 1, 607–628.

Bagikan